Minggu, 16 Mei 2010

RESUME

PENGARUH PERBEDAAN ANTARA LABA AKUNTANSI DAN LABA FISKAL TERHADAP PERSISTENSI LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Beberapa tahun belakangan ini dunia usaha sedang menghadapi krisis keuangan yang cukup hebat. Hal ini mengakibatkan banyak perusahaan besar yang gulung tikar alias bangkrut. Keadaan ini akhirnya memaksa perusahaan yang masih bertahan untuk dapat menjaga kelangsungan hidupnya dengan dapat bersaing dengan perusahaan lain. Untuk dapat melakukan aktivitasnya dan dapat bersaing dengan perusahaan lain maka membutuhkan dana atau modal baik yang diperoleh dari investor maupun kreditur. Dana tersebut tentunya akan diperoleh perusahaan jika mendapatkan kepercayaan dari kreditur maupun investor. Kepercayaan itu dapat diperoleh jika perusahaan mampu menunjukkan kinerja yang baik, yang dapat diukur dari laba yang diperoleh perusahaan.
Laba merupakan salah satu tujuan perusahaan selain untuk dapat bertahan hidup (going concern). Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba dimasa depan (Djamaluddin, 2008: 55). Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan. Untuk memfasilitasi tujuan tersebut, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menetapkan suatu kriteria yang harus dimiliki informasi akuntansi agar dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Kriteria utama adalah relevan dan reliabel (Kusuma, 2006 : 5). Informasi akuntansi dikatakan relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan dengan menguatkan atau mengubah pengharapan para pengambil keputusan, dan informasi tersebut dikatakan reliabel apabila dapat dipercaya dan menyebabkan pemakai informasi bergantung pada informasi tersebut.
Laba yang dilaporkan juga menjadi dasar dalam penetapan pajak. Sering kali terjadi perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal. Perbedaan ini disebabkan perbedaan tujuan masing-masing dalam pelaporan laba. Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences) dapat memberikan informasi mengenai kualitas laba. Logika yang mendasarinya adalah adanya sedikit kebebasan akuntansi yang diperbolehkan dalam pengukuran laba fiskal. Menurut Djamaluddin (2008: 56) perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences) dapat memberikan informasi tentang management discretion akrual. Persistensi laba akuntansi adalah revisi dalam laba akuntansi yang diharapkan di masa depan (expected future earnings) yang diimplikasi oleh laba akuntansi tahun berjalan (Djamaluddin, 2008: 55). Besarnya revisi ini menunjukkan tingkat persistensi laba. Persistensi laba merupakan salah satu komponen nilai peridiktif laba, oleh karena persistensi laba merupakan unsur relevansi, maka beberapa informasi dalam book-tax differences yang dapat mempengaruhi persistensi laba, dapat membantu investor dalam menentukan kualitas laba dan nilai perusahaan. Namun masih banyak pendapat yang mendukung dan menentang pernyataan mengenai apakah book-tax differences dapat mencerminkan informasi tentang persistensi laba.
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal berpengaruh terhadap persistensi laba periode yang akan datang. Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal terhadap persistensi laba periode yang akan datang baik secara simultan maupun parsial.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan adalah secara parsial variabel PTBI, LPBTD berpengaruh positif signifikan terhadap PTBI t+1. Sementara itu variabel LPBTD*PTBI t berpengaruh secara negatif signifikan terhadap PTBI t+1. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal berpengaruh secara negatif signifikan terhadap persistensi laba. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu Hanlon (2005) yang menghasilkan kesimpulan bahwa perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal secara negatif berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba.
Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian terdahulunya yang dilakukan oleh Djamaluddin (2008) yang meneliti pada perusahaan perbankan yang menemukan bahwa secara parsial variabel LNBTD*PTBI t dan LPBTD*PTBI t tidak terbukti secara statistik mempunyai persistensi laba yang lebih rendah daripada perusahaan yang memiliki perbedaan kecil antara laba akuntansi dan laba fiskal. Hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya regulasi khusus tentang pelaporan pajak perbankan menyebabkan perbedaan dalam pengakuan item-item perbedaan temporer. Secara simultan, dapat diambil kesimpulan semua variabel yang digunakan dalam variabel penelitian berpengaruh positif signifikan terhadap laba sebelum pajak satu periode kedepan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Djamaluddin (2008) dan Hanlon (2005).

RESUME 2

RESUME
Judul Penulisan : SISTEM AKUNTANSI PENERIMAAN KAS PADA KLINIK MUNJUL Ys. DHARMA BHAKTI
Nama Penulis : Leo SukmaWijaya
Referensi : Penulisan Ilmiah, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Gunadarma, 2009


Resume (Ringkasan) dari Penulisan Ilmiah tersebut adalah :
1. Sistem Akuntansi Penerimaan Kas Pada Klinik Munjul Ys. Dharma Bhakti
Dari hasil sistem akuntansi pada Klinik Munjul Ys. Dharma Bhakti terdapat kelemahan pada prosedur pelayanan yang sedang berjalan yaitu kurangnya karyawan yang digunakan pada setiap bagian dipenggang oleh satu orang karyawan yang sama sehingga dapat menimbulkan manipulasi data dalam penerimaan kas, sistem pengarsipannya masih manual, dan kurangnya pengawasan dari pimpinan sehingga bagian akuntansi hanya menerima laporan penerimaan kas dari bagian yang terkait.


2. Sistem Akuntansi Penerimaan Kas Pada Klinik Munjul Ys. Dharma Bhakti
Sudah Efektif
Pada prosedur yang diusulkan untuk sistem akuntansi penerimaan kas pada Klinik Munjul Ys. Dharma Bhakti mempunyai kelebihan dibandingkan dengan sistem yang lama, yaitu pada bagian prosedur tertentu sudah dipegang oleh 1 orang yang berbeda untuk mencegah terjadinya manipulasi data yang dilakukan oleh karyawan yang didukung oleh Sistem pencatatan dan pengarsipan sudah terkomputerisasi sehingga pimpinan lebih mudah untuk mengawasi setiap prosedur yang sedang berjalan maupun dalam pengarsipan.

RESUME

Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Perubahan Harga Saham Sebelum dan Sesudah Ex-Dividend Date di Bursa Efek Jakarta (BEJ)

Kemajuan perekonomian suatu negara dapat diketahui dengan menggunakan indikator-indikator tertentu. Salah satu indikator yang dapat digunakan adalah aktivitas pasar modal yang ada di negara tersebut. Hal ini dilihat berdasarkan fungsi pasar modal yaitu menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran, sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi perekonomian suatu negara. Definisi pasar modal adalah pasar konkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun ke atas (Kamus Pasar Uang dan Modal:1992). Abstrak dalam pengertian pasar modal adalah transaksi yang dilakukan melalui mekanisme over the counter

(OTC). Selain itu pengertian pasar modal yang lain adalah pasar untuk dana jangka panjang dimana saham biasa, saham preferen dan obligasi diperdagangkan (Siamat 2001:249). Berdasarkan definisi pasar modal tersebut maka dapat dikatakan bahwa pasar modal termasuk salah satu sumber pembiayaan bagi perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana untuk kelangsungan usahanya. Bagi perusahaan jika aktivitas pasar modal makin tinggi berarti makin banyak dana yang dapat dihimpun dengan menerbitkan saham untuk membiayai kegiatan perusahaan, sedangkan bagi investor berarti ada kesempatan berinvestasi dan mendapatkan return. Pasar modal di Indonesia terklasifikasi sebagai pasar yang sedang berkembang (emerging market). Berbagai usaha telah ditempuh pemerintah untuk mendorong agar pasar modal Indonesia lebih baik sehingga benar-benar dapat dijadikan salah satu sumber pembiayaan bagi perusahaan untuk meningkatkan perekonomian Indonesia. Serangkaian kebijakan deregulasi yang pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan peran pasar modal di Indonesia antara lain Kebijakan 6 Mei 1986, Paket Kebijakan 23 Desember 1987, Paket Kebijakan 19 Desember 1988. Kebijakan tersebut juga didukung dengan dikeluarkannya Keppres no. 53 tahun 1990 serta keputusan Menteri Keuangan no. 1548/KMK 013/1990. Melalui serangkaian kebijakan tersebut, diharapkan membawa dampak positif bagi perkembangan pasar modal di Indonesia. Sebagai pasar yang sedang berkembang, harga-harga ekuitas di pasar modal Indonesia berfluktuasi cukup tinggi. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain informasi-informasi baik yang berasal dari luar perusahaan (eksternal), seperti misalnya kondisi perekonomian, situasi dan kondisi sosial politik dalam dan luar negeri, kebijakan pemerintah, serta informasi-informasi yang berasal dari dalam perusahaan (internal), yaitu yang berhubungan dengan kinerja dan prospek perusahaan di masa mendatang misalnya informasi laporan keuangan, harga sahamnya yang lalu, volume perdagangan sahamnya, pengumuman pembagian dividennya dan lain-lain. Laporan keuangan emiten merupakan salah satu sumber informasi yang berguna bagi investor karena berisikan data-data dan masukan tentang kinerja perusahaan pada suatu periode akuntansi tertentu. Selain laporan keuangan perusahaan, pengumuman pembayaran dividen juga merupakan sumber informasi yang bermanfaat terhadap keputusan berinvestasi karena dapat digunakan sebagai sarana memprediksikan bagaimana perkembangan income suatu perusahaan. Pegumuman dividen merupakan pertanda kabar baik bagi investor yang berorientasi pada dividen jika besarnya dividen yang diumumkan lebih besar dari dividen yang diharapkan (expected dividend), karena menunjukkan bahwa return (earning) yang didapat lebih tinggi daripada yang ditargetkan. Sebaliknya jika dividen yang diumumkan lebih kecil dari expected dividend maka pertanda return yang didapat lebih rendah daripada yang ditargetkan. Sedangkan dividen yang diumumkan sama dengan expected dividend yang diharapkan berarti perusahaan dalam status quo, hal ini memberikan kesempatan bagi investor sebab perusahaan masih bisa memberikan tingkat return sesuai dengan apa yang diharapkan. Hasil-hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa harga saham bereaksi terhadap pengumuman dividen dilihat dari besarnya dividen yang dibagikan. Reaksi tersebut terjadi khususnya pada hari-hari di sekitar tanggal ex-dividend. Ada harga yang turun secara bertahap, ada yang tiba-tiba pergerakan harga sahamnya naik dan ada pula yang merambat naik.

Tentang dividen pernah dilakukan penelitian oleh Sularso (2003) dengan mengambil sampel 14 saham tahun 2000-2002. Penelitian ini menguji apakah ada reaksi harga di Bursa Efek Jakarta dalam merespon pengumuman ex-dividend date. Dalam mendeteksi adanya reaksi harga, Sularso menggunakan pendekatan abnormal return. Hasil penelitiannya membuktikan harga saham bereaksi negatif (menurun) terhadap informasi pengumuman dividen naik pada saat ex-dividend date, dan bereaksi positif (meningkat) terhadap informasi pengumuman dividen turun pada saat ex-dividend date. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Pujiono (2002) tentang dampak kebijakan dividen terhadap harga saham waktu ex-dividend date di Indonesia dan Singapura tahun 1992-1996. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa reaksi pasar yang terjadi pada ex-dividend date berbeda antara kedua negara, dimana dividen untuk sampel data Indonesia berpengaruh positif terhadap harga saham pada waktu ex-dividend date sedangkan untuk sampel data Singapura menunjukkan pengaruh negatif. Alasan yang ada bisa disebabkan oleh para pelaku pasar modal Indonesia mungkin mempunyai pemikiran bahwa perusahaan yang mengeluarkan dividen merupakan perusahaan yang mempunyai prospek bagus. Sehingga harga saham pada waktu ex-dividend date dianggap mempunyai nilai sama dengan harga saham pada hari sebelum ex-dividend date. Akan tetapi para pelaku pasar di Singapura mempunyai pemikiran bahwa harga saham pada waktu ex-dividend date sudah tidak mengandung nilai tambahan keuntungan yang berupa dividen, walaupun kenyataannya dividen atas saham tersebut belum dibayarkan karena belum jatuh tempo. Beberapa teori yang berkaitan dengan perilaku ex-dividend date secara empiris masih mempunyai dukungan yang sangat kurang, dan tak satupun bukti mampu menjelaskan secara baik terhadap efek dividen pada ex-dividend date, sehingga peneliti memandang masih perlu adanya dukungan teori atas fenomena ex-dividend date ini. Selain itu, peneliti juga ingin melihat bagaimana fenomena ex-dividend date pada kondisi pasar modal di Indonesia saat ini. Oleh karena itu, penelitian ini terfokus pada pengaruh yang ditimbulkan oleh pengumuman dividen terhadap perubahan harga saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada waktu sebelum dan sesudah ex-dividend date.

http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/eakt/2006/jiunkpe-ns-s1-2006-32401141-6271-dividen-chapter1.pdf